Search

Kisah si pencuri kue

Baca Juga :


SI PENCURI KUE 🍪

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si pencuri kue yang kurang ajar itu menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.

Wanita itu sempat berpikir, “Jika aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia!” Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa diwajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir, “Ya ampun orang ini berani sekali. Ia juga kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih.”

Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan.

Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang tanpa menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih”.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya. “Koq milikku ada di sini,” erangnya dengan patah hati.

Jadi kue yang ia makan di bandara bukanlah miliknya, tetapi milik lelaki yang bersedia berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih.

Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu…

SALAH SATU HIKMAH KISAH 

Apakah pernah kita seperti itu? Apakah pernah kita su'udzhon bahkan menuduh orang lain berbuat buruk / dzholim padahal kita sendiri melakukannya? Atau pernahkah kita mencela, mengecam, menuduh, mengghibah (gosip), menghujat orang lain misalnya yang berbuat pencurian, korupsi, dan lain-lain bahkan di muka umum dan di media-media sosial padahal kita pun melakukan hal yang sama seperti mencuri, mengkorupsi alat tulis, kertas-kertas, tinta printer, telepon, listrik kantor yang mana bukan hak kita dan kita lakukan tanpa merasa bersalah? 

Semoga kita bisa selalu memuhasabah, mengintrospeksi diri sendiri juga sebelum kita menilai orang lain, terlebih bila hal tersebut menyangkut perbuatan yang dinilai buruk. Mari kita perbaiki diri kita menjadi mukmin yang lebih baik. Semoga dimudahkan, semoga bermanfaat bagi semua 

👤 ust. Abu Haidar

Alhikmah
Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
1 Comments

1 comments: