Search

Kisah : Mengulang waktu yang hilang

Baca Juga :



MENGULANG WAKTU YANG TELAH LAMA HILANG 
.
Dari kisah nyata.
.
Sepasang suami istri, telah menikah 21 tahun lamanya, namun suami ini jarang sekali mengunjungi ibunya sendiri kecuali hanya pada hari raya saja. Di suatu sore, istri bertanya, “Wahai Suamiku, tidak inginkah kau keluar malam ini dengan seorang wanita?” Suami terkejut. "Bersama seorang wanita? Apa maksudmu? Aku tak mengerti?"
.
Sang istri berkata, “iya, Seorang wanita. Ibu-mu… Ibu-mu, wahai suamiku...”
Si suami terheran dan terdiam sejenak. Ia merenung dan menyadari bahwa selama ini ia tak meluangkan waktu khusus dengan ibunya... Seorang wanita yang memiliki arti khusus dalam hidupnya. Terlebih kini di usia 40 tahun, ia sibuk dengan istri, keluarga, dan pekerjaannya.
.
Ia pun segera menelpon ibunya hanya untuk mengajak makan malam berdua.
.
Saat si anak mengutarakan keinginannya, ibunya bingung terheran-heran. “Ada apa anakku? Apa yang terjadi? Ada apa dengan istri & anak-anakmu? Kenapa tiba-tiba mengajak ibu pergi?”
“Tidak ada apa-apa ibu... Istri dan anak-anaku baik, pekerjaanku juga alhamdulillah lancar, sungguh bu tidak ada apa-apa. Begini Ibu, Aku hanya ingin mengajak ibu makan malam berdua saja dengan aku, bagaimana bu... Bisa ya?”
Di ujung telepon, mata sang ibu berkaca-kaca mendengar ajakan yang tak diduga-duga sebelumnya dari putranya. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya ia akan kembali mengulang waktu-waktu yang telah hilang bersama putranya. Teringat ia tatkala dahulu menyusui, membacakan kisah-kisah, mendidiknya, mengantarnya sekolah, dan banyak lagi...
.
Malam itu juga putranya berangkat menuju rumah sang ibu. Sesampai di rumah ibunya, terlihat ibunya sudah berdiri menunggu di depan pintu rumah dengan pakaian terbaik miliknya, serta senyum yang tulus menyambut putranya tercinta. Sangat terlihat bahwa ibunya tak ingin terbuang waktunya barang sedetik pun.

Dengan genggaman yang begitu erat, putranya dengan hati-hati menuntun sang ibu berjalan menuju mobil. Senyum kebahagiaan terus terlihat jelas di pipi sang ibu yang tak lepas pandangannya dari putranya, hingga berkatalah Ibu, “Nak, ibu sangat berbahagia sekali malam ini... Terimakasih ya nak…”
Puteranya pun membalasnya, “Sama bu, begitu juga aku...” Sambil tersenyum, mencium tangan sang ibu dengan kasih sayang. Lalu mereka pun berangkat menuju restoran. .
Setelah tiba di restoran keduanya duduk dan tak berapa lama makanan telah terhidang. 
Si ibu menuangkan minuman ke gelas anaknya dan bahkan sesekali menyuapkan hidangan ke mulut anaknya demikian seterusnya episode kasih sayang ibu dan anak berlanjut. Si Ibu seakan tak ingin melewatkan waktu hilang terbuang sedikit pun. Sungguh tampak sekali kerinduan dan kasih sayang yang (mungkin) tak didapat oleh istrinya sekalipun.
.
Hari berganti hari. Tak lama beberapa pekan semenjak makan malam tersebut, sang ibunda pun meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun. Qodarallah... Pertemuan makan malam itu rupanya adalah keberkahan terakhir bagi si anak dan ibunya. Si anak menyesali diri akan kurangnya mengulang waktu-waktu yang hilang bersamanya. Ya, itulah malam terakhir, sungguh episode hidup yang memang diatur oleh Allah Jalla Jalaluhu. Kenyataan yang harus di terima dengan keihklasan dan dengan mengharap kepada Allah atas Mahabbah (Cinta), Al-Khauf (Takut) dan Ar-Rajaa' (Harap) serta Ashma Wasshifat Allah, si anak berdoa agar Allah Jalla Jalaluhu menempatkan ibunda tercinta di sisi-Nya 

Dengan genggaman yang begitu erat, putranya dengan hati-hati menuntun sang ibu berjalan menuju mobil. Senyum kebahagiaan terus terlihat jelas di pipi sang ibu yang tak lepas pandangannya dari putranya, hingga berkatalah Ibu, “Nak, ibu sangat berbahagia sekali malam ini... Terimakasih ya nak…”
Puteranya pun membalasnya, “Sama bu, begitu juga aku...” Sambil tersenyum, mencium tangan sang ibu dengan kasih sayang. Lalu mereka pun berangkat menuju restoran. .
Setelah tiba di restoran keduanya duduk dan tak berapa lama makanan telah terhidang. 
Si ibu menuangkan minuman ke gelas anaknya dan bahkan sesekali menyuapkan hidangan ke mulut anaknya demikian seterusnya episode kasih sayang ibu dan anak berlanjut. Si Ibu seakan tak ingin melewatkan waktu hilang terbuang sedikit pun. Sungguh tampak sekali kerinduan dan kasih sayang yang (mungkin) tak didapat oleh istrinya sekalipun.
.
Hari berganti hari. Tak lama beberapa pekan semenjak makan malam tersebut, sang ibunda pun meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun. Qodarallah... Pertemuan makan malam itu rupanya adalah keberkahan terakhir bagi si anak dan ibunya. Si anak menyesali diri akan kurangnya mengulang waktu-waktu yang hilang bersamanya. Ya, itulah malam terakhir, sungguh episode hidup yang memang diatur oleh Allah Jalla Jalaluhu. Kenyataan yang harus di terima dengan keihklasan dan dengan mengharap kepada Allah atas Mahabbah (Cinta), Al-Khauf (Takut) dan Ar-Rajaa' (Harap) serta Ashma Wasshifat Allah, si anak berdoa agar Allah Jalla Jalaluhu menempatkan ibunda tercinta di sisi-Nya 

Beberapa hari setelah kepergian sang ibu, si anak mendadak di hubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai manager dari salah satu restoran. “Assalamu’alaykum, apakah benar anda bernama fulan bin fulan?", "Naam benar, itu nama saya..." Jawab si anak.
“Bapak, Anda dan sekeluarga mendapat undangan makan malam khusus di restoran kami,” ujar manager restoran tersebut. .
“Oh ya?” ujarnya dengan keheranan.
“Betul pak,” jawab si manager.
.
Singkat cerita, Ia pun datang bersama keluarga memenuhi undangan makan malam.
Lalu ia bertanya kepada pramusaji, “Maaf, sebenarnya ada acara apa di restoran ini sehingga sampai mengundang kami?"
.
"Ada seseorang yang mengundang bapak sekeluarga" jawab si manager.
.
"Siapa yang mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?” Tanya si anak sambil bertambah herannya.
.
"Saya tidak tahu pak, Silakan duduk dulu pak saya nanti saya tanyakan ke bagian front office." Jawab si pramusaji. .
Tak lama pramusaji datang kembali. Pramusaji tersebut menjelaskan bahwa tempat dan menu ini sudah dipesan beberapa pekan yang lalu namun ia memohon maaf karena ternyata front office sudah berusaha menghubungi si pemesan namun tidak berhasil. Ia pun menegaskan kami untuk tenang karena semua sudah dibayar oleh si pemesan. Si anak, istri dan keluarganya pun semakin heran.

Ditengah keheranannya keluarga tersebut mendengar dari percakapan pramusaji dan front office bahwa nama pemesan adalah nama yang sangat tidak asing di telinga keluarganya bahkan oleh si anak. Nama pemesannya adalah Ibunda tercinta yang telah wafat, namun sudah memesan menu dan posisi meja persis seperti pertemuan makan malam terakhir mereka.
.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini, dan
dimudahkan untuk mengkhususkan waktu, mengulang waktu-waktu yang telah lama hilang, memberi yang terbaik untuk orang tua kita.
.
.
(Disarikan dari kajian bersama Ust. DR Syafiq bin Riza bin Basalamah, Lc MA, hafizhahullah, dari tulisan akhi Abu Hanifa Asep Yusuf, edited)

Alhikmahjkt
Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments