Search

Janganlah bersikap ghuluw terhadap Nabi

Baca Juga :


Janganlah Bersikap Ghuluw terhadap Nabi

Dari ‘Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana kaum Nashrani berlebih-lebihan dalam memuji ‘Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Allah dan RasulNya.” (Shahih al-Bukhariy)
Hadits ini mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran yang sangat agung, yaitu tentang posisi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah seorang rasul, yang diberi wahyu dan diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat manusia. Namun, beliau juga adalah seorang manusia biasa. Beliau memiliki sifat dan kebiasaan manusiawi seperti halnya manusia lainnya, kecuali sifat dan kebiasaan yang buruk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Aku hanyalah seorang manusia biasa sebagaimana kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan yang satu.'” (al-Qur’an, surat Fushshilat, 41: 6)
Oleh karena itu, para ulama’ berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah

“Seorang hamba, maka jangan diibadahi, dan seorang rasul, maka jangan didustakan.”
Beliau adalah seorang utusan Allah (rasulullah), maka janganlah kita mendustakan beliau, dan jangan pula kita beribadah kepada Allah kecuali dengan tata cara yang telah diajarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah seorang hamba Allah (‘abdullah), maka janganlah kita bersikap ghuluw (berlebihan-lebihan) terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Termasuk contoh sikap ghuluw terhadap beliau adalah perkataan al-Bushiriy dalam kitabnya Qashidah al-Burdah,

“Andai saja mukjizatnya sama dengan ketinggian derajatnya, maka menyebutkan namanya dapat menghidupkan orang yang telah hancur tulangnya.” (Qashidah al-Burdah, bagian ketiga)

“Jika di akhirat Nabi tak ulurkan tangan karena keutamaannya untuk menolongku, maka katakanlah “wahai orang yang tergelincir kakinya.” (yakni, maka betapa celakanya aku) (Qashidah al-Burdah, bagian kesembilan)

“Wahai makhluk yang paling mulia, tidak ada orang tempat perlindungan hamba selain engkau kala huru-hara kiamat melanda semua manusia.” (Qashidah al-Burdah, bagian kesepuluh)

“Di antara kemurahanmu adalah dunia dan akhirat yang kekal, dan di antara ilmumu adalah ilmu Lauhul-Mahfuzh dan ilmu tentang pena.” (Qashidah al-Burdah, bagian kesepuluh)
Inilah beberapa perkataan al-Bushiriy yang menyifati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat-sifat ilahiyyah yang merupakan kekhususan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal, tidak boleh kita sifati seorang makhluk siapapun dia, walaupun itu adalah Rasulullah sekalipun, dengan sifat-sifat yang merupakan kekhususan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ini merupakan syirik akbar.

Nas’alullaah as-salaamah wal-‘aafiyah.


Salamdakwah
Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments