Search

Kok pondok pesantren Salafy mahal?

Baca Juga :





Kok Pesantren Salafy mahal???
------
Menilik keikhlasan seorang hanya semata dari satu sisi, tentu akan mengantarkan pada sikap su'udzon.

Akhi...apa sih hak kita terlalu kepo dengan ikhlasnya org lain?!! 

Asal tahu aja akh bro...ane pernah mondok di pesantren salafi, sungguh apa yg ana saksikan amat sangat kontras dg apa yg ditulis oleh TS. Sampai-sampai abah ane cerita tentang haru biru beliau melihat kegigihan para ust2, kesabaran dalam mendidik santri dan kesederhanaan mereka.

Akh bro...ane tanya yaa!!! Tahu tidak ente biaya santri yg mereka bayarkan ke pesantren, lebih banyak kemana pendistribusiannya? klo menurut ente pendistribusiannya untuk kepentingan kantong ustadz-ustadznya, maka ente salah besar dan tidak tahu waki' (realita). Biaya yg digelontorkan oleh wali santri lbh banyak penggunaannya untuk sarana prasarana guna menunjang belajar santri agar lebih nyaman.

Diantara penyalurannya adalah untuk pembangunan masjid, ruang kelas, asrama, perpus dst. Bukankah jika wali santri menyumbang biaya untuk keperluan di atas termasuk dari sedekah jariyah yg akan terus mengalir pahalanya?!

Sungguh biaya spp walaupun menurut anda mahal, namun hal itu amat kecil dan remeh bandingannya dengan ilmu agama yg didapat. Karena ilmu adalah sumber kebahagiaan dunia dan akherat. Para ulama dahulu pun biasa mengeluarkan uang dalam jumlah yg banyak dalam rangka mencari/mempelajari hadits. sampai2 Syu'bah bin Hajjaj salah satu ahli hadits pernah berkata:
من طلب الحديث أفلس!، بعتُ طَسْتَ أمي بسبعة دنانير !
"Barang siapa mencari hadits, maka dia akan bangkrut!!! Aku sampai menjual periuk milik ibuku seharga 7 dinar." (Siyar min A'lamin Nubalaa': 7/220). Maksud dari perkataan beliau bangkrut, bukan berarti hartanya pasti habis, namun maknanya dia akan mengeluarkan dana yg tidak sedikit. Ditambah lagi dia akan digoda oleh setan bahwa hartanya akan habis sia2 dalam menuntut ilmu syar'i.

Berkata Ibnul Qasim tentang imam Malik rahimahulloh:
أفضى بمالك بن أنس رحمه الله طلب العلم إلى أن نقض سقف بيته فباع خشبه
"Imam Malik bin Anas sampai merobohkan tiang rumahnya dan menjual kayu-kayunya (demi thalabul ilmi)." (Tariikh Baghdad: 2/13)
Alhamdulillah kita gak sampai seekstrim hal di atas dalam thalabul ilmi.

Sungguh amat miris jika seorang berani jor-joran demi anaknya bisa kuliah di kedokteran, namun minta keringanan buat anaknya yg belajar di pesantren. Ini sunggguh nyata ada sebagaimana dikisahkan oleh ust. Abdulloh Zein hafidzahulloh.

Akh bro...Jangan pernah berprasangka dengan biaya spp yg dibayarkan oleh wali santri dipakai oleh para ustadz untuk style gaya hidup mereka. Dan jgn pernah punya pikiran bahwa insentif mereka di pondok seperti gaji org2 yg kerja di lahan2 basah. Beberapa kali ane ketemu teman2 yg masih eksis ngajar di pesantren salafy mereka disamping mengajar disambi juga dengan jualan, catering, laundry dan usaha2 kemandirian lainnya karena keterbatasan insentif yg mereka terima, dg tetap sabar karena orientasi mereka lebih kepada akherat.

Kalau memang anda ogah memondokkan anak di pesantren salafy yg menurut anda mahal, Alhamdulillah masih banyak kok pesantren2 salafy dengan biaya terjangkau dan bahkan gratis. Justeru bervariannya pesantren2 dg model dan biaya yg berbeda membuat kita bahagia, karena dakwah salaf sunnah merangkum elemen masyarakat dg tingkat ekonomi yg berbeda2 agar mereka tetap mendapatkan pencerahan melalui dakwah salaf.

sebagai pesan terakhir, jangan mudah meragukan kesalafiyan seseorang/keahlussunahan-nya hanya berdasarkan prasangka belaka, atau hanya berlandaskan emosi karena belum bisa memasukkan anaknya ke pesantren ahlus sunnah tertentu atau hanya karena alasan kemahalan menurutnya. Imam Ahmad bin Hanbal pernah menyatakan:
إخراج الناس من السنة شديد
"Mengeluarkan kaum muslimin dari As Sunnah adalah perkara yg sulit/rawan." (As Sunnah Karya Abu Bakar Al Khallaal: 1/373. no. 513)

Wallahul Musta'aan

sumber


Abu Ya'la Hizbul Majid

Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
1 Comments

1 comments:

orang dulu sampai bangkrut menuntut ilmu karena biaya hidup perjalanan dan makan,bukan untuk membayar biaya yang dipungut oleh guru-gurunya. beda dg sekarang. sekarang zaman canggih. keliling dunia saja bisa hitungan jam.
lalu apakah semua pondok, yayasan memiliki pembangunan yang tidak pernah selesai2 dan harus dibiayai sepanjang masa? Banyak kok pondok yang telah berdiri, sejak pembangunan hingga selesai, biayanya pun tetap sama MAHAL.
Jika ente cuma beralibi, pendidikan mahal dan harus dibeli dengan harga yang tinggi, apakah patut pula saya mengatakan amal jariah mereka para pengajar telah diganjar dengan biaya pendidikan tersebut? dan yang terpenting masih ada kok pengajar2 yang ikhlas dengan upah seminimnya.