Search

Apakah syaikh abdul Aziz Ar Rayyis seorang Murjiah?

Baca Juga :

 



SYAIKH ABDUL AZIZ AR-RAYYIS HAFIZHAHULLAHU MURJI'AH?!


Senasib dengan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu, Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis hafizhahullahu juga terkena tuduhan murji’ah. Hal ini dikarenakan mereka berdua sangat getol menyingkap syubhat takfiriyyin dan harakiyyin.

Cuma ada segelintir orang yang jahil tapi ngelama' yang mencla-mencle (komunitas mencla-mencle) menuduh Syaikh Abdul Aziz murji’ah tapi Syaikh Ali bin Hasan kok nggak sekalian dituduh Murji’ah?! Padahal sumber fatwa (munculnya tuduhan itu) sama. Semoga Allah jauhkan kita dari manhaj mencla-mencle dan dari makar-makar jahat mereka.


Inilah bukti-bukti yang nyata dan otentik bahwa Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis jauh dari tuduhan murji’ah tersebut.


Syaikh Abdul Aziz Ar Rayyis hafizhahullahu berkata: Sesungguhnya aku berlepas diri kepada Allah dari segala bentuk bid’ah dalam masalah aqidah atau amalan yang kecil maupun yang besar, diantaranya bid’ah murji’ah.

Subhanallah (Maha suci Allah), bagaimana bisa aku dituduh murji’ah sedangkan aku -dengan karunia Allah- memiliki banyak perjuangan untuk mengingkari bid’ah ini dengan jelas dan sekaligus membela ucapan ahlussunnah, serta membantah kelompok Murji’ah seperti dalam kitabku “Al-Imam Al-Albani wa Mauqifuhu Minal Irja’“. Demikian pula dalam kajian yang direkam dengan judul “Muqaddimah Fi Al-Iman ‘Inda Ahlissunnah” (Muqaddimah syarah kitab Al-Iman Al-Kabir karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah). Dan kajian dengan judul “At-Tahdzir min fitnah Al-Irja’” (Peringatan dari fitnah/bahaya Murji’ah)

Ditambah lagi dengan pernyataan-pernyataanku dalam masalah iman yang mengikuti metode ahlussunnah ketika mensyarah kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Lum’atul I’tiqad dan semuanya terekam dan sudah menyebar/diposting.


Subhanallah (Maha Suci Allah), apakah dibenarkan tuduhan murji’ah disematkan kepada orang yang meyakini Aqidah di bawah ini -dan aku termasuk yang meyakininya alhamdulillah-:


1. Iman adalah ucapan, perbuatan dan keyakinan bisa bertambah dengan ketaatan dan bisa berkurang dengan kemaksiatan.

2. Kekafiran bisa berupa ucapan seperti mencela Allah (misal mengatakan Allah mencla-mencle), perbuatan seperti sujud kepada berhala dan keyakinan seperti meyakini ada selain Allah yang tahu hal yang ghaib.

3. Tidak disyaratkan dalam masalah takfir untuk kita mengetahui batin atau keyakinan orang yang mengucapkan atau melakukan perbuatan kufur secara zhahir/lahir.

4. Sesungguhnya zhahir dan batin itu saling melazimkan dalam kekafiran dan keimanan, kebaikan dan kerusakan. Namun hal ini bukan bermakna kita tidak boleh mengkafirkan kecuali setelah tahu batinnya. Orang yang menampakkan kekafiran, maka dia disikapi dengan apa yang nampak darinya (dari kekafiran tersebut). Akan tetapi untuk menegaskan dan menekankan adanya kelaziman antara zhahir dan batin, maka dikatakan: Tidaklah orang itu menampakkan kekafiran melainkan didahului oleh kekafiran dalam batinnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: Tidaklah kekafiran yang berasal dari amalan zhahir seperti sujud kepada berhala dan mencela Rasul dan yang lainnya melainkan hal itu melazimkan kekufuran dalam batinnya. Jika tidak demikian, maka seandainya dimisalkan ada yang sujud di hadapan berhala namun dia tidak ada niat dalam hatinya sujud untuk berhala bahkan dia bersujud untuk Allah dengan hatinya, maka dia tidak kafir. (Majmu’ Fatawa 14/120)

5. Sesungguhnya orang yang meninggalkan semua amalan anggota badan yang wajib seperti shalat, zakat, berbakti kepada orang tua, silaturahim, maka dia kafir kufur akbar.

6. Aku berkeyakinan karena Allah bahwa orang yang meninggalkan shalat wajib itu kafir menurut salah satu pendapat yang lebih benar dari dua pendapat para ulama.

7. Sesungguhnya seseorang yang jatuh ke dalam kekafiran besar itu bisa dikafirkan secara personnya setelah terpenuhi syarat-syarat pengkafiran dan dihilangkan penghalang-penghalangnya.


Setelah penjelasan di atas apakah orang yang adil/obyektif masih keras kepala untuk menuduh orang yang meyakini hal-hal di atas sebagai murji’ah?! Aku menasihati setiap orang yang melampaui batas (zhalim) untuk dia tahu dirinya dan segera bertaubat sebelum ajal tiba. Sesungguhnya orang yang dizhalimi pasti ditolong Allah meski setelah beberapa saat dan dia mendapatkan ganjaran pahala dengan kesabaran dan dengan dia mengharap pahala dari Allah.


 وَمَنۡ عَاقَبَ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبَ بِهِۦ ثُمَّ بُغِیَ عَلَیۡهِ لَیَنصُرَنَّهُ ٱللَّهُ


"Dan barangsiapa membalas seimbang/semisal dengan (kezhaliman) penganiayaan yang pernah dia derita kemudian dia dizhalimi (lagi), pasti Allah akan menolongnya." (QS. Al-Hajj 60)


(Diringkas dari kitab Jawabi Li Ba’dhi Al-Fudhala’ Fi Wasfihi Lii Wa Li Kitabi Al-Ilmaam Bi Al-Irja’ hal. 7-13 oleh Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis hafizhahullahu)


Para ulama salaf telah menyebutkan kepada kita tentang ciri-ciri orang-orang yang jauh dan bukan dari kelompok Murji’ah, diantaranya:

1. Ucapan bahwasanya iman itu ucapan dan perbuatan. Abdullah bin Mubarak rahimahullahu pernah ditanya: “Apakah anda Murji’ah?” Beliau menjawab: “Saya mengatakan iman adalah ucapan dan perbuatan, bagaimana mungkin saya menjadi Murji’ah?” (As-Sunnah (III/566) karya Al-Khallal)


2. Ucapan bahwasanya iman itu bertambah dan berkurang. Imam Ahmad rahimahullahu, pernah ditanya tentang orang yang mengatakan bahwasanya iman itu bertambah dan berkurang? Beliau pun menjawab: “Orang ini telah terlepas dari Murji’ah.” (Al-Mukhtar fi Ushulis Sunnah (hal. 89) karya Ibnu Al-Banna’)


3. Imam Al-Barbahari rahimahullahu mengatakan “Barangsiapa yang mengatakan iman itu ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang maka dia telah keluar dari Murji’ah mulai dari awal sampai akhirnya.” (Syarhus Sunnah (hal. 122) karya Imam Al-Barbahari)

Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments