Search

Menjawab tuduhan palsu ghuluw kepada Ustad sepuh

Baca Juga :

 



Menjawab Tuduhan Ghuluw Kepada Dua Ustadz Sepuh


      Ikhwah, pada kesempatan ba'da ashar ini saya sempatkan menulis untuk membantah tuduhan, framing ataupun penggiringan opini, oleh sebagian mereka-mereka yang sakit hatinya dan sesak dadanya, karena dikritik habis-habisan akan gaya atau model dakwah mereka oleh Ustadz Yazid maupun Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat hafizhahumallahu. 


      Diantara tuduhan mereka adalah bahwa kami telah ghuluw (melampaui batas) kepada kedua ustadz yakni Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawas dan Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat hafizhahumallahu. 


Kami tuliskan 5 bantahan atas tuduhan palsu mereka:


1. Kami katakan kepada mereka dengan firman Allah:


ۗقُلْ هَا تُوْا بُرْهَانَکُمْ اِنْ کُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ


``Katakanlah, "Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar''.``

   ~ Quran Surat Al-Baqarah, Ayat 111


Maka bawakan bukti kalian, kalau tidak mampu maka kalianlah yang memang kadzdzab alias pendusta.


2. Kami tidak pernah membatasi untuk mengambil ilmu kepada hanya dua orang ustadz saja. Sekiranya dominan postingan kami, mengambil faidah yang banyak dari kedua Ustadz sepuh tersebut, itu tidaklah bisa melazimkan untuk dikatakan ghuluw.

Pembahasan ini sudah pernah diterangkan oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih Al `Utsamin rahimahullah, dan kami telah membuat tulisan untuk poin bantahan yang kedua ini.

Berikut linknya:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3159136281024291&id=100007838509491


Kalian adalah manusia yang diberi akal, berbeda dengan makhluk lain, maka gunakanlah untuk memahami, jangan cepat-cepat menarik kesimpulan dengan semau diri kalian.


Ketika kami sudah jelaskan berulang-ulang hal seperti ini, dan kalian juga ngga mau menggunakan akal kalian untuk memahami, maka cukuplah perkataan penyair berikut sebagai renungan:


علي نحت القوافي من أماكنها

وما علي إذا لم تفهم البقر


Tugasku hanya menyusun syair dari tempatnya

Namun bukan tugasku jika sapi itu tidak paham


3. Kami tidak pernah sekalipun menjadikan perkataan kedua ustadz sepuh tersebut sebagai dalil atau hujjah.

Bahkan bagi yang mengikuti tulisan-tulisan kami tentu tahu bahwa kami selalu menjelaskan bahwa yang dianggap hujjah itu hanyalah Al Quran, As Sunnah Dan Ijma`.


Inilah manhaj ahli hadits, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Zakariyya Bin Ghulam Qadir Al Bakistani hafizhahullah


الحجة إنما هو في الكتاب والسنة والإجماع


``Hujjah itu hanyalah Al Quran, As Sunnah dan Ijma' ``


Lantas, bagaimana mungkin kami melakukan ghuluw sebagaimana tuduhan anda?!

Ini tidak lain karena kebiasaan kalian yang terbiasa menuduh kafir, munafik dan seterusnya, sehingga kebiasaan menuduh ghuluw inipun masih melekat didada-dada kalian.


4. Kedua Ustadz sepuh bahkan mengajari kami untuk menjauhi sikap ghuluw dalam beragama. Bahkan menutup pintu-pintu untuk menuju sikap ghuluw, seperti kebiasaan foto-foto bersama jama`ah layaknya artis, yang tidak dipungkiri banyak ghuluw terjadi karena menjadikan foto-foto guru mereka dipajang dirumah-rumah mereka, dikalung-kalung leher mereka, bahkan dengan sebab foto pula bisa menuju pintu kesyirikan.

   Bagaimana mungkin kita merasa aman dari kesyirikan, sementara ada doa agar kita berlindung dari kesyirikan, bahkan Nabi Ibrahim `alaihis salam saja berlindung dari kesyirikan.


Sebagaiman doa yang diajarkan Nabi shallallahu `alaihi wasallam,


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ


``Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kesyirikan dalam keadaan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepadamu atas apa yang tidak aku ketahui``

  ~ Hadits riwayat Imam Bukhari dari jalan shahabat Ma`qil Bin Yasar radhiyallaahu `anhu


Nabi Ibrahim juga berlindung dari kesyirikan, Allah berfirman:


وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّا جْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّـعْبُدَ الْاَصْنَامَ 


``Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.``

     ~ Quran Surat Ibrahim, Ayat 35


5. Ternyata sebagian merekalah yang ghuluw yakni melampaui batas dalam bab aqidah. Yakni mereka bergampangan dalam mengkafirkan kaum muslimin tanpa haq.

    Dai-dai rujukan mereka dari facebook, sudah mendudukkan diri menjadi mufti ataupun qadhi, ketika menuduh orang lain munafik ataupun kafir.

Contoh: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3091681514436435&id=100007838509491

Sebenarnya masih banyak contoh lain, bahkan ada dai rujukan mereka yang sudah sampai mengkafirkan penguasa dalam hal ini menteri agama pada masa dulu.


    Perhatikanlah dengan seksama, bagaimana Syaikh Shalih Bin Fauzan hafizhahullah berkata:

``Memutlakkan pengkafiran atau berbicara tentang pengkafiran atas berbagai kelompok maupun pribadi-pribadi tertentu, bukanlah hak setiap orang. Adapun orang-orang jahil, sekelompok orang dan sebagian dari pengajar, maka mereka tidak memiliki hak untuk memutlakkan pengkafiran kepada pribadi-pribadi, kelompok-kelompok atau negara-negara tertentu, karena mereka bukan ahlinya dalam hukum ini``. 

  ~ Al Muntaqaa Min Fataawa Syaikh Shalih Fauzan I/112, dinukil dari Kitab Mulia Dengan Manhaj Salaf karya Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah


   Jadi kebiasaan menuduh serampangan itu, benar-benar mendarah daging ditubuh mereka, wal 'iyadzubillah. Bahkan setelah jelas salahpun, tidak berani secara jantan mau meminta maaf.


---


Semoga Allah memberikan taufikNya kepada kita untuk senantiasa berada diatas jalan yang lurus.

Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments