Search

Bantahan syubhat maksud ayat kami lebih dekat daripada urat lehernya

Baca Juga :

 



Bismillah

MENJAWAB SYUBHAT AHLUL BID'AH TENTANG KEDEKATAN ALLAH TA'ALA


•☢️Follow:

https://www.facebook.com/Toifah-Mansuroh-102031115781882/


Al-Qur'an adalah sebagai petunjuk bagi umat Islam, oleh karena itu tidak seharusnya umat Islam terpecah belah karena memiliki pedoman yang akan menyatukan mereka. Namun sangat disayangkan banyak kelompok dari umat Islam yang membuat penafsiran sendiri-sendiri terhadap ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan pendapat mereka masing-masing.


Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan pendapat sendiri (hawa nafsu) adalah tindakan yang berbahaya.


Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :


مَنْ فَسَّرَ اْلقُرْآنَ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ


"Siapa saja yang menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan pendapatnya sendiri maka hendaknya dia menempati tempat duduknya yang terbuat dari api neraka". 

(HR. Ahmad, At Tirmidzi dan Ibnu Abi Syaibah).


Banyak kalangan awam tertipu oleh kelompok menyimpang dan sesat. Mereka mengaku, faham atau ajarannya berdasarkan Al-Qur'an. Padahal walaupun mereka mengklaim ajaran mereka berdasarkan al-Qur'an, namun mereka memiliki penafsiran-penafsiran sendiri terhadap ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan logika-logika (hawa nafsu) mereka. Sehingga kemudian muncul berbagai penafsiran dari ayat-ayat Al-Qur'an yang berbeda-beda. Lalu timbul perselisihan diantara umat Islam yang berujung perpecahan dan permusuhan.


Dalam sebuah kisah disebutkan. Pada satu hari, Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu menyendiri. Dia berkata dalam hatinya, mengapakah umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu...??. Lalu ia memanggil Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhu. Kemudian Umar bertanya kepadanya : "Mengapa umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu. Kiblat mereka juga satu dan Kitab suci mereka juga satu...??". 


Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu lalu menjawab : "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan kepada kita. Kita membacanya dan mengetahui maksudnya. Lalu datanglah sejumlah kaum yang membaca Al-Qur'an, namun mereka tidak mengerti maksudnya. Maka setiap kaum punya pendapat masing-masing. Jika demikian realitanya, maka wajarlah mereka saling berselisih. Dan jika telah saling berselisih, mereka akan saling menumpahkan darah". 

(kitab Al I'tisham, karya Asy-Syathibi, (II/691)).


Itulah jawaban Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhu ketika di tanya oleh Umar bin Khatab, mengapa umat Islam berselisih. Penyebabnya adalah karena setiap kelompok membuat penafsiran sendiri-sendiri terhadap ayat-ayat Al-Qur'an.


👉 Berikut ini contoh syubhat ahlu ta'wil yang menuduh ahlus-sunnah juga melakukan ta'wil firman Allah Ta'ala :


وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ


"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya". 

(QS. Qaaf : 16).


Dan juga firman-Nya:


وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ


"Dan Kami lebih dekat dengannya daripada kamu". 

(QS. Al-Waqi'ah : 85).


Ahlul ta'wil menuduh kepada Ahlus-Sunnah bahwa merekapun telah melakukan ta'wil terhadap dua ayat di atas, yaitu ketika menafsirkan kata-kata "lebih dekat" dimaknai "lebih dekatnya malaikat".


Kita jawab tuduhan ahlu ta'wil diatas, bahwa penafsiran kata-kata "Kami lebih dekat" pada dua ayat diatas dengan "dekatnya Malaikat" bukanlah ta'wil, bukan menyelewengkan perkata'an dari makna dhahirnya...!!. 


Perinciannya adalah sebagai berikut :


Pada ayat pertama (QS. Qaaf : 16), sifat "dekat" dibatasi pengertiannya dengan penunjukkan ayat tersebut. Selengkapnya, ayat di atas lengkapnya berbunyi :


وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ* إِذْ يَتَلَقّى الْمُتَلَقّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشّمَالِ قَعِيدٌ * مّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya; (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan (seseorang) melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir".

(QS. Qaaf : 16-18).


Firman Allah (إِذْ يَتَلَقّى الْمُتَلَقّيَانِ) : "(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya" ; adalah dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas adalah dekatnya dua malaikat yang mencatat amal.


Pada ayat kedua (QS. Al-Waqi'ah : 85), kata "dekat" di situ berkaitan dengan keada'an seseorang yang sakaratul-maut. Padahal yang hadir dalam sakaratul-maut adalah para malaikat berdasarkan firman Allah Ta'ala :


حَتّىَ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لاَ يُفَرّطُونَ


"Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami akan mewafatkannya, dan malaikat-malaikat Kami itu tidakakan melalikan kewajibannya". 

(QS. Al-An'am : 61).


Sehingga,... kedekatan yang dimaksud adalah kedekatan Malaikat maut yang diutus Allah Ta'ala untuk mencabut nyawa seorang hamba.

Adapun Allah Ta'ala adalah berada di atas langit dan bersemayam (istiwa') di atas 'Arsy-Nya.


Sudah sama-sama kita ketahui bersama, ketika Allah Ta'ala menyebut diri-Nya dengan dhamir jamak (semisal nahnu), apakah ini mengandung pengertian bahwa Allah Ta'ala itu banyak seperti dikatakan orang-orang kuffar...??. Saya yakin ahli bid'ah akan menjawab "TIDAK"...!!.


Saya kasih contoh ungkapan lain dalam Al Qur'an yang menandaskan bahwa sesuatu disandarkan kepada Allah Ta'ala, tetapi maksudnya adalah Malaikat. Misalnya firman Allah Ta'ala :


إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ


"Sesungguh-Nya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya".

(QS. Al-Hijr : 9).


Dalam ayat di atas Allah Ta'ala menegaskan dengan kata "Kami" yang menurunkan Al-Qur'an. Padahal sudah diketahui oleh jamak orang, termasuk ahli bid'ah dan saya, bahwa wahyu itu turun melalui perantara'an Jibril 'alaihis-salaam. Begitu juga dengan firman-Nya :


فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ


"Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu" 

(Al-Qiyaamah : 18).


Padahal sudah diketahui bahwa yang dimaksud dari ayat tersebut adalah apabila malaikat Jibril selesai membacakannya.


Ayat-ayat lain yang semisal di atas sangatlah banyak. Oleh karena itu, beberapa Ulama' menjelaskan bahwa pengguna'an kata "nahnu" seringkali digunakan dalam konteks pelibatan sebagaian perbuatan Allah Ta'ala dengan hamba-Nya. Dalam QS. Al-Hijr ayat 9 dan QS. Al-Qiyamah ayat 18 di atas, yaitu bersama malaikat Jibril 'alaihis-salam.


Jika demikian, apa musykilnya memahami ayat :


وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ* إِذْ يَتَلَقّى الْمُتَلَقّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشّمَالِ قَعِيدٌ * مّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya; (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan (seseorang) melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir".

(QS. Qaaf : 16-18).


===============


Kesimpulan:


Dua ayat dalam surat Qaaf: 50:16 dan surat Al-Waqi'ah: 56:85 di mana Allah Ta'ala menyatakan bahwa "Kami (Allah) lebih dekat", maksudnya adalah "Kedekatan Malaikat", karena dekatnya Malaikat merupakan perintah Allah Ta'ala. Dan penafsiran ini BUKAN TA'WIL terhadap ayat-ayat sifat dan BUKAN PULA pengalihan makna dari makna dzahirnya, berdasarkan penjelasan yang sudah dikemukakan di muka.


Semoga yang sedikit ini mudah dipahami dan bermanfa'at untuk kita semua. Dan hanya kepada Allah Ta'ala kita mohon taufik dan hidayah-Nya


Barakallahu fiikum

☢️ ☢️☢️ Mau dapat ilmu ??

Silahkan klik LINK GRUP dibawah ini ::

https://www.facebook.com/102031115781882/posts/106481545336839/

Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments