Search

Dzikir pagi

Baca Juga :


KSATRIA FAJAR

Simak penuturan tabi’in yang mulia Simaak bin Harb- rahimahullah-, dia pernah bertanya kepada Jabir bin Samuroh -radhiallahu anhu-

أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“Apakah engkau sering duduk menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

Jabir menjawab,

نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِى يُصَلِّى فِيهِ الصُّبْحَ أَوِ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِى أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ.

“Iya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu alaihi wasallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dahulu para sahabat suka guyon mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sementarad beliau shallallahu alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim)

Begitulah Rasulullah. .. pribadi yang selalu terjaga dari ujung malam hingga mentari menyingsing menyemburat diujungd ufuk. Kebiasaan sang guru itu kemudian mengilhami murid sekaligus sahabatnya yang mulia, Abdullah bin Mas’ud -radhiallahu anhu-. Dengarkan penuturan Abu Wa’il -rahimahullah-, dia mengisahkan bahwa “Di suatu pagi kami datang menemui Abdullah bin Mas’ud setelah melaksanakan shalat shubuh. Kami mengucapkan salam di depan pintu. Lalu kami diizinkan masuk. Akan tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Keluarlah budaknya sembari berkata, “Mari silakan masuk.” Kemudian kami masuk sedangkan Ibnu Mas’ud sedang duduk berdzikir.

Ibnu Mas’ud bertanya, “Apa yang menghalangi kalian padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?”

Lalu kami menjawab, “Tidak ada, kami hanya mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur.”
Ibnu Mas’ud lantas menimpali, “Apakah kalian mengira bahwa keluargaku telah lalai?”
Kemudian Ibnu Mas’ud melanjutkan dzikirnya hingga dia mengira bahwa matahari telah terbit. Kemudian beliau memanggil budaknya dan bertanya, “Wahai budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit.” Si budak tadi kemudian melihat ke luar. Jika matahari belum terbit, beliau kembali melanjutkan dzikirnya. Hingga beliau mengira lagi bahwa matahari telah terbit, beliau kembali memanggil budaknya sembari berkata, “Lihatlah apakah matahari telah terbit.” Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika matahari telah terbit, beliau mengatakan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا

“Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami hingga dapat berdzikir dipagi hari ini.” (HR. Muslim)

Sekarang mari kita melompati masa untuk melihat sisi ruhiyah seorang pembaharu islam di abad ke 7 hijrah. Dialah Ibnu Taimiyah, seorang ulama muslim yang juga di kenal sebagai ahli ibadah. Disela-sela penjelasannya mengenai pengaruh dzikir terhadap kekuatan hati dan ruh, Ibnul Qayyim Al Jauziyah yang tak lain adalah muridnya mengisahkan“ Suatu hari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melaksanakan shalat shubuh, kemudian beliau duduk sambil berdzikir kepada Allah azza wa jalla hingga mendekati pertengahan siang. Setelah itu dia berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak melakukan ini, hilanglah kekuatanku” (Al Wabil As-Shayyib)

Saudaraku. ..
Lalu dimanakah kini mereka yang tersungkur di malam hari dalam do’a..?
Kemana panah-panah malam yang melesat bersama do’a itu..?
Ataukah kini mereka mendengkur dalam tidur. ?
Dimanakah kini kesatria-kesatria fajar itu..?
Bila dahulu Ibnu Jarir menuangkan ide-idenya dalam 40 lembar kertas diawal pagi, lalu dimanakah engkau wahai penuntut ilmu saat pagi menyongsong.?

Semoga Allah memberkati pagi kita.

👤 Ustadz Aan Chandra Thalib, حفظه الله تعالى
Alhikmah
Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

Comments
0 Comments