Search

Cara memperlakukan ari ari bayi dalam islam

Baca Juga :




@pemahaman.salaf

 ahamnsaaf Pertanyaan: Assalâmualaikum. Ustadz, bagaimanakah cara memperlakukan ari-ari bayi menurut ajaran Islam? Apakah memang harus dipendam, apakah dibuang begitu saja atau bagaimana?

.

Jawaban: Wa’alaikumusalâm. Merawat plasenta (ari-ari/tembuni) termasuk urusan dunia yang harus dikembalikan kepada ahlinya. Menurut kedokteran, plasenta adalah organ tubuh ibu hamil yang berfungsi sebagai saluran arus makanan untuk orok, ketika ia masih berada di dalam rahim. Manakala orok lahir, organ ini tidak diperlukan lagi dan biasanya keluar bersama bayi yang lahir. Hal ini dikarenakan fungsi yang harus dijalankan telah selesai dan tidak diperlukan lagi di dalam tubuh ibu.

.

Oleh karena itu, hendaknya kita memperlakukannya sebagaimana memperlakukan organ tubuh lain yang sudah tidak berfungsi, yaitu menguburnya di dalam tanah TANPA MENGGUNAKAN TATA CARA KHUSUS. Maksudnya agar plasenta tidak diacak-acak oleh binatang dan baunya tidak mengganggu orang lain, bila dibuang begitu saja. Jangan pula dibuang ke air, karena itu mencemarkannya.

.

Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Nabi ﷺ memerintahkan untuk menguburkannya adalah lemah. Redaksinya adalah sebagai berikut: "Nabi ﷺ memerintahkan untuk mengubur tujuh hal dari manusia: rambut, kuku, darah, haid, gigi, kulit yang dipotong saat khitan, dan plasenta." (Nawâdirul Ushûl, al-Hakiem at-Tirmidzi 1/186)

.

Hadits ini dihukumi dha’if (lemah) oleh a-Baihaqi, ad-Daraquthni, dan al-Albani, (Lihat: Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah 7/259 no 3.263) sehingga tidak bisa dijadikan landasan hukum.

.

Adapun adat yang berkembang di sebagian masyarakat berupa pelarungan plasenta di laut, menggantungnya di rumah atau menguburnya beserta barang-barang tertentu ditambah pemberian lampu dengan keyakinan agar anak terjaga dari marabahaya atau agar anak pintar. Praktek dan keyakinan ini adalah khurafat, yakni meyakini dan melakukan sebab yang tidak terbukti secara syariah atau ilmiah. Keyakinan seperti ini bisa menjadi syirik kecil atau besar, tergantung keyakinan si pelaku. Apapun itu, adat seperti harus ditinggalkan.

.

Dijawab: Ustadz Anas Burhanuddin

Sumber: alma

Follow akun sosial media Foto Dakwah, klik disini

Klik disini untuk sedekah dakwah, untuk membantu dakwah kami

Share Artikel Ini

Related Posts

There is no other posts in this category.

Comments
0 Comments